Golovinamari.com – Wisatawan China ramai-ramai membatalkan perjalanan ke Jepang akibat memanasnya perseteruan diplomatik antara kedua negara. Hal ini diperkirakan akan menyebabkan Tokyo mengalami kerugian sebesar USD1,2 miliar, atau lebih dari Rp20 triliun, dalam penerimaan pariwisata. Dampak negatif ini dipicu oleh peringatan perjalanan resmi dari Beijing yang menyerukan warganya untuk menghindari kunjungan ke Jepang.
Sebelumnya, sekitar 30 persen dari 1,44 juta perjalanan yang direncanakan antara China dan Jepang hingga akhir tahun ini telah dibatalkan. Data tersebut berasal dari perusahaan analisis perjalanan China, China Trading Desk, yang menggambarkan situasi ini sebagai “senjata” yang dapat merusak ekonomi Jepang secara signifikan, terlebih dengan adanya potensi pemberlakuan kembali larangan impor seafood asal Jepang.
CEO China Trading Desk, Subramania Bhatt, menyatakan bahwa dua pertiga dari penurunan tersebut disebabkan oleh pembatalan atau penundaan keberangkatan. Pemesanan baru juga menjadi stagnan, dengan proyeksi bahwa gelombang pembatalan ini dapat mengurangi pengeluaran wisatawan yang diharapkan hingga USD500 juta. Diperkirakan angka tersebut bisa meningkat lebih dua kali lipat pada akhir tahun 2025.
Wisatawan China biasanya menjadi kontributor besar dalam sektor pariwisata Jepang, dengan pengeluaran sekitar USD900 juta setiap bulan. Bhatt menekankan bahwa saat ini terdapat guncangan signifikan pada permintaan dari China ke Jepang yang dapat berdampak jangka panjang jika kebijakan diplomatik tidak segera membaik. Situasi ini menunjukkan bagaimana ketegangan politik dapat mempengaruhi sektor ekonomi secara langsung dan mendalam.