8 July 2025 – Kekuatan ekonomi BRICS kini dinilai melampaui G7 dalam hal purchasing power parity (PPP), terutama setelah Indonesia resmi menjadi anggota penuh blok tersebut pada 1 Januari 2025. Hal ini disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto seusai Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 di Rio de Janeiro, Brasil.
Menurut Airlangga, kehadiran Indonesia memperkuat skala ekonomi BRICS melalui pasar domestik yang besar, sumber daya alam strategis, dan posisi geopolitik dalam rantai pasok global. “Indonesia membawa populasi lebih dari 270 juta jiwa, cadangan sumber daya seperti nikel dan minyak sawit, serta peran penting dalam perdagangan maritim Asia Tenggara,” ujarnya kepada awak media. Meski demikian, ia menekankan bahwa dominasi ekonomi BRICS masih didorong oleh Tiongkok dan India, dengan Indonesia sebagai salah satu kontributor penting bersama anggota baru lainnya seperti Mesir dan Iran.
Berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF) 2025, PDB gabungan BRICS dalam PPP mencapai sekitar USD 69 triliun, melampaui G7 yang berada di angka USD 45 triliun. Namun, dalam PDB nominal, G7 masih unggul dengan kontribusi sekitar 46% dari PDB global dibandingkan BRICS sekitar 40%. “Keunggulan BRICS dalam PPP dan populasi yang mencakup 56% dunia menunjukkan potensi besar untuk menggeser dinamika ekonomi global,” tambah Airlangga.
KTT BRICS 2025 mengusung tema Strengthening Global South Cooperation for More Inclusive and Sustainable Governance, dengan fokus pada transformasi ekonomi hijau dan kerja sama multilateral. Indonesia menonjol dengan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan, termasuk proyek hilirisasi nikel untuk mendukung energi bersih. Airlangga menegaskan bahwa keanggotaan BRICS membuka peluang bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor non-tradisional dan memperkuat kerja sama ekonomi dengan negara-negara Global South.
Pemerintah Indonesia juga memandang momentum ini sebagai kesempatan untuk memainkan peran lebih besar dalam tata kelola ekonomi global. Dengan politik luar negeri bebas aktif, Indonesia berkomitmen pada diplomasi multipolar yang seimbang, menjaga hubungan baik dengan BRICS, G7, dan kekuatan global lainnya. “Kami ingin mendorong kebijakan ekonomi yang lebih inklusif, sekaligus memanfaatkan BRICS untuk diversifikasi ekspor dan investasi,” kata Airlangga.
Keanggotaan Indonesia di BRICS menandai langkah strategis untuk memperkuat pengaruh globalnya. Meski baru bergabung, Indonesia telah menunjukkan potensi untuk berkontribusi signifikan dalam kolaborasi ekonomi dan pembangunan berkelanjutan, sekaligus menavigasi dinamika geopolitik yang kompleks.