15 Agustus 2025 – Menteri Perdagangan Budi Santoso menegaskan potensi Kota Batam sebagai pusat investasi bagi perusahaan-perusahaan asal Tiongkok. Hal ini disebabkan oleh kebijakan tarif tinggi yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap produk impor dari Tiongkok, yang memberikan ruang bagi Indonesia untuk menjadi basis produksi bagi barang yang akan diekspor ke AS.
Dalam pernyataannya pada Kamis (14/8), Budi menjelaskan bahwa sejumlah perusahaan Tiongkok telah mengungkapkan minat untuk berinvestasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Batam. “Dengan tarif tinggi yang dikenakan AS, perusahaan-perusahaan Tiongkok cenderung mencari investasi di Indonesia untuk menghindari biaya tambahan,” ujarnya. Produk yang dihasilkan di Indonesia akan diakui sebagai barang asal Indonesia, sehingga tidak terpengaruh oleh tarif tinggi tersebut.
Budi menilai kondisi ini sebagai peluang strategis bagi Batam karena memiliki infrastruktur yang mendukung industri berorientasi ekspor. Saat ini, pemerintah Indonesia sedang melakukan negosiasi dengan AS untuk mendapatkan pengurangan tarif pada beberapa komoditas unggulan, termasuk minyak sawit mentah dan produk garmen.
Pemerintah menargetkan negosiasi tersebut selesai sebelum September 2025, dengan harapan hal ini akan memudahkan produk Indonesia masuk ke pasar AS. “Jika berhasil, bukan hanya perusahaan asing yang akan berinvestasi, tetapi UMKM lokal juga didorong untuk meningkatkan ekspor,” ungkapnya.
Selain itu, pemerintah juga berencana mendirikan pusat ekspor di Batam untuk mendukung pelaku usaha, terutama UMKM, dalam meningkatkan daya saing mereka di pasar global. Melalui fasilitas tersebut, UMKM akan dilatih untuk memenuhi standar ekspor dan pemerintah akan membantu mencari pembeli internasional, sehingga diharapkan lebih banyak produk Batam yang dapat menembus pasar dunia.