Golovinamari.com – Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo, yang pada masa itu menjabat sebagai Panglima RPKAD, diangkat untuk memimpin penumpasan Gerakan 30 September (G30S) Partai Komunis Indonesia (PKI). Penunjukan ini dilakukan sebagai respons atas kematian sahabatnya, Jenderal TNI Ahmad Yani, dalam peristiwa berdarah tersebut.
Sarwo Edhie merupakan sosok penting dalam sejarah militer Indonesia, dikenal sebagai orang kepercayaan Jenderal Soeharto dalam menanggulangi ancaman komunis. Ia adalah ayah dari Ani Yudhoyono, istri Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Tugas yang diberikan padanya sangat berat, mengingat dampak besar dari revolusi ini di masyarakat Indonesia.
Dalam laporan di depan DPR pada tahun 1989, Sarwo Edhie menyatakan bahwa operasi penumpasan PKI menghasilkan hingga 3 juta korban jiwa, dengan mayoritas berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Sebelum terjadinya penumpasan, ia sempat didatangi oleh Brigjen Sabur, yang menyarankan agar ia bergabung dengan kubu G30S. Namun, tawaran tersebut ditolaknya.
Sebagai pemimpin operasi, Sarwo Edhie menerima tugas strategis untuk merebut beberapa lokasi penting dari tangan kelompok komunis, termasuk melakukan pengamanan di Jakarta. Misi awalnya mencakup penguasaan Gedung RRI dan Kantor Telekomunikasi, serta Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, yang menjadi krusial dalam proses penumpasan. Keberhasilannya dalam misi ini menunjukkan dedikasi dan strategi militer yang efektif dalam menghadapi tantangan bersejarah bagi bangsa Indonesia.