Golovinamari.com – Qatar menyatakan bahwa serangan udara Israel yang terjadi minggu lalu telah mempercepat kebutuhan untuk memperbarui perjanjian pertahanan strategis dengan Amerika Serikat (AS). Pernyataan ini mencerminkan kekecewaan Doha, mengingat AS memiliki pangkalan militer di negara tersebut namun tidak mengambil tindakan untuk membela Qatar.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, mengungkapkan hal ini dalam sebuah konferensi pers di Doha. Ia menyatakan, “Serangan ini mempercepat perlunya pembaruan perjanjian pertahanan strategis antara AS dan Qatar.” Al-Ansari menegaskan bahwa proses pembaruan tersebut bukanlah hal baru, melainkan sebuah akselerasi dari rencana yang sudah ada.
Perjanjian kerja sama pertahanan antara Qatar dan AS ditandatangani pada Juni 1992. Sejak saat itu, hubungan pertahanan kedua negara telah berkembang, meskipun situasi terkini menunjukkan adanya ketidakpuasan dari pihak Qatar. Dalam konteks ini, Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, yang baru saja datang dari Israel.
Pembicaraan ini diharapkan dapat mendorong langkah-langkah konkret dalam meningkatkan hubungan pertahanan dan strategi keamanan kedua negara, terutama di tengah ketegangan yang meningkat akibat serangan Israel yang berdampak langsung pada keamanan regional. Ke depan, Qatar berharap perjanjian ini dapat memberikan perlindungan yang lebih kuat terhadap ancaman eksternal, termasuk dari Israel.