Golovinamari.com – Musibah banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, serta Sumatera Barat diakui oleh WWF Indonesia sebagai hasil dari pengelolaan lingkungan yang buruk selama bertahun-tahun. CEO WWF Indonesia, Aditya Bayunanda, dalam pernyataannya di Jakarta pada Kamis, menekankan bahwa tidak ada satu pihak yang dapat disalahkan, termasuk Menteri Kehutanan saat ini, Raja Juli Antoni.
Aditya menjelaskan bahwa kondisi ini merupakan akumulasi dari kebijakan dan izin yang dikeluarkan selama bertahun-tahun, yang memberikan kesempatan bagi eksploitasi kawasan hutan tanpa memperhatikan mitigasi risiko yang memadai. Kerusakan ekosistem yang terjadi, menurutnya, tidak bisa dipandang sebagai masalah yang muncul mendadak.
Dia menyoroti lemahnya pelaksanaan aturan mengenai perlindungan sepadan sungai, yang seharusnya mencegah kejadian banjir bandang, tetapi nyatanya banyak aktivitas perkebunan dan pertambangan yang mendekati bibir sungai. Hanya sebagian kecil dari pelaku usaha yang serius menjalankan aturan tersebut.
WWF Indonesia meminta agar solusi dari masalah ini difokuskan pada perbaikan tata kelola hutan secara menyeluruh. Tindakan yang diperlukan mencakup audit terhadap izin yang telah diberikan, penegakan aturan perlindungan sungai, serta pengawasan yang lebih ketat.
Sebagai organisasi konservasi independen, WWF Indonesia berkomitmen untuk mendorong hubungan yang harmonis antara aktivitas manusia dan alam, serta mencari solusi berkelanjutan yang mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia.