Site icon golovinamari.com

BBS 2025: Bandung Tampilkan Inovasi Acara Berwawasan Lingkungan

[original_title]

Golovinamari.com – Rangkaian penyelenggaraan Bandung Sustainability Summit (BSS) 2025 berakhir dengan memberikan dampak inspiratif bagi semua pihak yang terlibat. Forum ini, yang berlangsung selama dua hari, diinisiasi oleh Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) Institut Teknologi Bandung (ITB), Pemerintah Kota Bandung, dan Suvarna Sustainability. Acara ini tidak hanya membahas keberlanjutan tetapi juga mempraktikkannya dalam setiap aspek pelaksanaannya.

Hari pertama acara, yang berlangsung di Aula Barat ITB, dihadiri oleh lebih dari 350 peserta dari beragam latar belakang, termasuk pemerintah, akademisi, pelaku industri, serta masyarakat. Sementara hari kedua fokus pada pelatihan penyusunan laporan keberlanjutan dengan standar Global Reporting Initiative (GRI), diikuti oleh 100 peserta. BSS 2025 menjadi bukti konkret bahwa konsep keberlanjutan bisa diterapkan dalam penyelenggaraan acara.

Selama dua hari tersebut, sebanyak 220 kilogram sampah berhasil dikelola secara bertanggung jawab. Di antaranya, 42 kilogram sampah organik diolah menjadi pakan larva Black Soldier Flies dan kompos, sementara 156 kilogram sampah anorganik berhasil didaur ulang, dengan hanya 22 kilogram sisanya masuk kategori residu. Inisiatif ini berkontribusi pada tiga Sustainable Development Goals (SDGs), meliputi Kota dan Komunitas Berkelanjutan, Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab, serta Aksi Iklim.

Dekan FTSL ITB, Dr. Eng. Nita Yuanita, menyatakan bahwa BSS 2025 membuktikan keberlanjutan bisa terimplementasi dalam tindakan nyata. Co-Founder Suvarna Sustainability, Abbie Ardiwinata, menambahkan bahwa pengelolaan sampah dan efisiensi energi harus menjadi standar baru dalam penyelenggaraan acara besar. Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, berharap forum ini dapat berlanjut sebagai ruang belajar dan berbagi untuk keberlanjutan.

Dengan hasil pengelolaan sampah yang terukur dan penurunan emisi karbon, BSS 2025 menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan komunitas dapat membangun masa depan yang lebih hijau dan inklusif.

Exit mobile version